Ini mengherankan bin ajaib. Di Indonesia, gelar sarjana S1, S2 atau bahkan S3 bukanlah jaminan bahwa yang bersangkutan sudah bisa menulis dengan kaidah yang benar seperti yang diajarkan di Sekolah Dasar. Sering sekali saya membaca di blog-blog, di forum-forum dan (ini yang paling sering) di Facebook, orang-orang yang menuliskan pendapat mereka tentang suatu hal atau sekedar update status Facebook, mereka bisa menyusun kalimat yang benar tapi keliru dalam menuliskan kata-kata sesuai kaidah yang benar.
ZW tidak mau membahas tentang kebobrokan kurikulum pendidikan dasar kita yang begitu banyak meloloskan murid-muridnya sampai ke jenjang sarjana tanpa mereka memiliki perhatian yang cukup mengenai bagaimana menulis yang benar dalam bahasa nenek moyangnya. Jadi saya cuma mau memberi beberapa tips (yang sebenarnya lebih cocok disebut mengulang pelajaran SD).
1. Hormati Tuhan!
Ini sangat sering saya dapati di Facebook. Orang-orang yang menulis status bernada religius yang entah memang mau berdakwah atau sekedar riya’ bernafsu ingin dibilang alim, tapi mereka malah menulis nama Tuhan dengan huruf awal kecil: tuhan. Bagi yang muslim sering saya baca nama Allah ditulis dengan sekedar allah. Ini betul-betul gila.
Kenapa saya bilang gila ?
Karena selain tidak sesuai dengan kaidah penulisan, cara menulis nama Tuhan dengan huruf awal yang kecil adalah simbol rasa tidak hormat kepada-Nya. Coba bayangkan ketika mereka disuruh menulis nama dosen mereka atau nama Professor mereka, saya jamin mereka akan menulis nama dengan sangat hati-hati karena takut kalo namanya si dosen atau si Professor salah tulis tentunya bakal dapat masalah!
Lebih dari sekedar kebodohan dalam kaidah menulis sesuai EYD, kesalahan ini saya anggap sebagai penghinaan luar biasa terhadap Sang Pencipta. Nama mereka di Facebook terpasang gagah dengan huruf besar di setiap awalannya sedangkan Tuhan dibiarkan cuma diberi huruf kecil,,Sombong sekali kok..
2. Awalan di-
Ini juga kesalahan yang sangat fatal dan sangat mendasar. Sebenarnya saya malu harus mengajarkan ini kepada para sarjana yang terhormat karena saya ini cuma orang putus sekolah. Tapi setelah menimbang bahwa mestinya bukan saya yang harus malu tapi justru mereka, maka saya lanjut menulis.
Oke anak-anak, sini Kak Elvin ajar cara nulis awalan ya!
Awalan di- HANYA dan HANYA digunakan untuk membentuk kata kerja pasif.
Jadi anak-anak, kalo awalan di- diikuti kata kerja, maka itu artinya kata kerja pasif. JANGAN DIPISAH PAKAI SPASI
Contoh: dimakan, dipukul, diangkat, diminum.
Sedangkan untuk penunjuk lokasi, HARUS DIPISAH PAKAI SPASI
Contoh: di rumah, di hatiku, di jalanan.
Saya juga sering menggunakan kata-kata yang tidak baku seperti nda untuk tidak, pake untuk pakai, dan sebagainya. Tapi hal itu lebih cenderung kepada gaya bahasa yang saya gunakan sebagai ciri khas tulisan saya. Sedangkan dua hal di atas jelas-jelas adalah kesalahan mendasar dalam hal kaidah penulisan. Gaya bahasa bisa berbeda-beda, bisa menggunakan kata baku atau kata-kata yang bernuansa dialek suku tertentu seperti yang saya sering gunakan di blog ini. Tapi ada format standar yang harus diikuti. Khususnya bila yang bersangkutan adalah orang yang mengaku sebagai manusia terpelajar.
Mungkin beberapa orang menganggap tulisan saya ini membahas hal sepele. Tapi jangan lupa, hal-hal besar dan rumit dibentuk dari segudang hal-hal sepele.
EmoticonEmoticon